FF Iseng-iseng Seneng
Nice Surprise
Kupandangi sosok di kerumunan
itu, yang tengah sibuk dihujani ucapan selamat dan pujian. Senyum khasnya ia
tebarkan ke segala penjuru. Lengannya pun tak henti-hentinya menerima rangkulan
selamat.
"Heh! Ngelamun aja. Nggak
ikutan ngasih selamat?" Icha menyenggolku pelan. Membuatku terbangun dari
monolog imajinasi yang kubuat.
"Ah, eh.. Males,"
jawabku kemudian.
"Males? Ada masalah
kalian?" Icha menyelidik.
"Nggak. Nggak ada,
cuma.." kalimatku tergantung saat ponsel di tanganku bergetar.
Setelah memberi tanda pada Icha
agar menunggu, kutekan tombol dial. Hanya deheman yang kukeluarkan saat
panggilan terhubung.
"Kamu dimana?" tanya si
penelepon.
"Kenapa?" jawabku agak
malas.
"Masih di GOR, kan?"
"Hm. Kenapa emangnya?"
"Tunggu aku di kafe seberang
jalan."
"Mau ngap.."
"Tunggu di meja nomer 9. 5
menit lagi aku kesana. Bye," katanya cepat memotong responku. Kemudian
telepon terputus.
Apa-apaan seenaknya saja
memerintah orang! Kebiasaan, huh! Batinku sebal.
"Ada apa?" Icha kembali
membuyarkan pikiranku.
"Ah, ini, Indra ngajak
ketemu di kafe seberang GOR."
"Oh. Ya udah samperin gih!
Ntar dia ngamuk lagi, hehe.."
"Males ah! Eh, bawa laptop
kan? Aku mau minta film," kataku mengalihkan.
Walaupun keningnya berkerut
heran, Icha tak bertanya lagi. Lalu mengeluarkan benda persegi yang selalu
dibawanya. Tak berselang lama kami tenggelam dalam diskusi mengenai film.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Kulirik jam tanganku. Sudah 30
menit berlalu dari waktu janjianku dengan orang yang tadi menelepon. Hei,
janjian? Aku kan tidak mengatakan iya? Jadi itu bukan janjian. Hanya sekedar
perintahnya.
Aku yang seharusnya sudah dalam
perjalanan pulang bersama Icha, entah kenapa kini malah celingukan di dalam kafe
unik seberang GOR. Kakiku melangkah seolah ada sesuatu yang menariknya.
Langkahku terhenti saat seorang pelayan menegurku.
"Maaf, Mbak Naya?"
tanyanya memastikan.
"Eh, iya. Ada apa ya?"
tanyaku heran.
"Ada pesan untuk Mbak, mari
ikut saya," kata pelayan itu seraya berlalu.
Aku mengikutinya menyusuri
meja-meja yang disusun begitu apik. Kakiku berhenti di meja yang ditunjukkan
pelayan wanita di depanku.
"Tadi ada mas-mas yang duduk
disini. Mungkin karena kelamaan lalu dia nitipin ini. Katanya kalau Mbak kemari,
Mbak disuruh mengambilnya sendiri di meja ini," jelas pelayan itu.
Mataku terpaku menatap tas
belanja berlogo nama sebuah toko pakaian. Ada sepucuk surat diatasnya. Sambil
bertanya-tanya dalam hati, kubaca surat itu.
"Dear Naya,
Kamu marah ya? Maaf, aku nggak bermaksud bikin kamu marah. Maaf aku
terlampau sibuk dengan pertandingan final ini. Dan well, akhirnya usahaku tidak
sia-sia. Akan kutebus semua hari yang selalu membuat kamu uring-uringan.
Kujemput jam 7 nanti malam. Dandan yang cantik ya..
Your Love,
Indra.
PS: Ini baju dipakai ya nanti malam. Awas saja kalau nggak! Hehe..
Semoga pas ^.-
PS Lagi: Selamat 9 bulan yah! Maklum aku agak pikun :*"
Mulutku ternganga, tapi sejurus
kemudian terbentuk senyum. Senyum merasa betapa konyolnya diriku! Konyol sekali
aku marah hanya karena dia sibuk berlatih demi turnamen. Dan lebih parah aku
sampai lupa hari ini tepat kami 9 bulan menjalin hubungan. Bodoh!
Setelah mengucapkan terima kasih
pada pelayan yang masih berdiri di sampingku, aku melangkah keluar dengan riang
menenteng hadiah dari Indra, pacarku.
Yogya, Januari 2012
Nazha Neiko